Fri. Jul 26th, 2024

Tanggap Bencana atau Tanggap Darurat (response) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan . Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan pemulihan sarana prasarana. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat, diantaranya yaitu:

  • Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya
  • Penentuan status keadaan darurat bencana
  • Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
  • Pemenuhan kebutuhan dasar
  • Perlindungan terhadap kelompok rentan
  • Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital

Sementara Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Hal terkait mitigasi juga diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007. Undang-Undang tersebut juga memuat definisi tentang mitigasi. Menurut UU 24 Tahun 2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi adalah upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya. Bisa dikatakan, mitigasi bencana adalah segala upaya mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi. Namun, untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi mengenai mitigasi, penting untuk mengetahui sejumlah pengertiannya terlebih dahulu dan sejumlah langkah dan contohnya. Salah satu upaya Mitigasi Bencana yang sekarang digalakan adalah Mitigasi Vegetasi dan AGE di Ambon sudah menginisiasinya dengan memakai vegetasi  POHON SUKUN.

Sukun atau Artocarpus altilis (Park.) Fosberg merupakan jenis tanaman serba guna yang mempunyai nilai ekonomis karena menghasilkan buah dengan kandungan gizi yang tinggi. Jenis ini potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas penghasil bahan pangan lokal bagi masyarakat. Buah sukun dapat diolah menjadi bermacam-macam menu makanan, sehingga dapat menunjang ketahanan pangan dan program diversifikasi pangan yang digalakan oleh pemerintah. 

Berkurangnya pasokan bahan makanan pokok dan mahalnya hargabahan-bahan pokok, menjadikan buah sukun sebagai salah satu sumber pangan alternatif yang sangat berguna (Kedaulatan Rakyat, 2008). Budidaya tanaman sukun di masyarakat Indonesia telah berlangsung sejak lama, walaupun hanya sebagai tanaman sampingan di pekarangan atau kebun. Hasil buahnya hanya dijadikan sebagai makanan ringan/tambahan yang diolah secara tradisional atau dijual ke pasar. Mengingat daerah sebarannya yang luas, maka buah sukun sangat potensial dijadikan sebagai salah satu sumber bahan makanan pokok bagi masyarakat.

Pengembangan jenis tanaman sukun di masyarakat seringkali menghadapi permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya informasi tentang teknik pembibitan tanaman sukun,sehingga masyarakat masih sering menghadapi kesulitan dalam menghasilkan bibit sukun yang baik dengan jumlah yang memadai. Sebagian para petani produsen bibit masih menggunakan cara-cara sederhana atau seadanya, sehingga tingkat keberhasilannya relatif rendah dan jumlah bibit yang dihasilkan relatif sedikit. 

2. Penyebarluasan informasi tentang kandungan gizi buah dan teknik pengolahan buah sukun kepada masyarakat masih kurang. Pengolahan buah sukun oleh masyarakat masih terbatas untuk beberapa macam makanan saja, sebagai makanan ringan. Dengan adanya diversifikasi teknologi pengolahan hasil buah sukun diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan menjadi salah satu peluang meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam rangka memberikan edukasi dan pemahaman terhadap upaya tanggap bencana dan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana yang terjadi di Kota Ambon dan sekitarnya maupun di Maluku, maka NGO Inernasional -ANDARINYO GO EARTH (AGE) melaksanakan Sosialisasi Tanggap Bencana dan Gerakan Mitigasi Vegetatif-Penananam Sukun di Lateri bersama Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (sebagai perwujudan Pentahelix).  Berkaitan dengan kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan Mitigasi Bencana tersebut, AGE mengundang warga masyarakat Lateri, yang terdiri dari Kaum Bapak dan , Kaum Perempuan dyang terhimpun dalam Kemitraan Jemaat GPM Lateri. Kegiatan berlangsung pada 28 Mei 2022 dan bertempat di Gedung Gereja Sejahtera. Sumber bibit Sukun unggul yang dibawa dan ditanam sebnyak 150 pohon berasal dari Tempat Pembibitan Sukun “NAMANLATU” Negeri Latuhalat yang dikelola oleh BUMDES Latuhalat di bawah bimbingan Yayasan Andarinyo Go Earth,

Hadir dalam sosialisasi tersebut sekaligus sebagai Narasumber di bidangnya adalah CEO AGE Dr. Rohny Maail, S.Hut, M.Si, IPU;  Ketua Majelis Jemaat GPM Lateri dan staf, Para Dosen Fakultas Pertanian-Jurusan Kehutanan UNPATTI, Pengurus Komisi Kemitraan Jemaat GPM Lateri serta Ketua Bumdes Namanlatu Latuhalat; Agus Lekatompessy. Kegiatan dilanjutkan dengan gerakan mitigasi vegetasi melalui penanaman bibit Pohon Sukun secara simbolis di areal pekarangan masyarakat yang tidak produktif dan selanjutnya di bagi-bagikan 150 anakan bibit sukun unggul kepada warga masyarakat/jemaat untuk di tanam di tepi pantai dan di kebun milik masyarakat/jemaat untuk memitigasi bencana air pasang atau tsunami dan bencana kekeringan serta menunjang ketahanan pangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.